Darwis pun menyinggung sejumlah kasus yang terjadi di masa lalu, di mana beberapa kebijakan pemerintah lokal menghilangkan simbol-simbol budaya atau melarang seni tertentu dalam acara-acara publik, dan hal ini tidak sejalan dengan semangat kebhinnekaan.
“Kita membutuhkan pemimpin yang mampu menjaga keseimbangan antarbudaya, yang menghormati tradisi dan nilai-nilai lokal, sekaligus bisa membawa masyarakat menuju kemajuan tanpa harus mengesampingkan identitas kita yang beragam,” jelas Darwis.
F-KRB berharap agar masyarakat Sulawesi Selatan bisa melihat dan menilai karakter setiap kandidat secara bijak, serta memilih sosok yang tidak hanya memahami pentingnya keberagaman, tetapi juga berkomitmen untuk memperjuangkan persatuan.
“Pemimpin yang baik adalah yang mempersatukan, bukan yang memecah-belah dengan fanatisme,” pungkas Darwis.
DS